Bila Hati adalah Jantung
Oleh. Ustadz Heru Pudji H.
Akhir-akhir ini kita melihat betapa sebuah majelis atau forum yang membahas tentang "hati" menjadi begitu hanyak diminati. Me-manage hati, menjadi sesuatu yang disarankan untuk dilakukan dewasa ini.
Banyak keberhasilan material diraih orang-orang modern, tapi banyak pula yang merasa ada sesuatu yang "hilang" dan gagal diraih dalam hidupnya, yaitu mendapatkan kedamaian hati.
Hal itu justru terjadi di tengah-tengah hiruk pikuknya kesuksesan seseorang membangun "kerajaan" dunia materinya. Di tengah derasnya aliran kekayaan harta yang datang, banyak individu tenggelam di tengah kesediahan berupa kegersangan hidup, kehilangan makna dan ketenangan batin.
Mengapa hati kita seringkali menjadi tidak tenang dan tidak damai? Kerena ada gejolak "tuntutan" dalam hati yang tidak terpenuhi, sehingga deru ombak tuntutan hati tersebut selalu bergejolak dan menggelora di dalamnya setiap saat.
Singkat kata ada sesuatu yang belum dapat dipenuhi oleh kebanyakan orang-orang modern, yaitu mewujudkan tuntutan suara hatinya yang paling dalam.
Hati ini menjadi tenang dan damai bila tak lagi bergejolak, dikarenakan semua tuntutan yang berasal darinya (suara hati) dapat diwujudkan.
Pernahkan Anda merasakan, apa yang dikatakan oleh hati Anda? Bila Anda sedang makan di sebuah warung makan, kemudian datang seorang anak kecil (peminta-minta) di samping Anda. Tentunya Anda akan memberi anak kecil tersebut sedikit makanan atau sepeser uang.
Apakah hati Anda menjadi tenang? Ya, hati Anda menjadi tenang karena apa yang dikatakan oleh hati Anda yang terdalam ("beri anak kecil itu bantuan! kasihan dia"), telah Anda wujudkan. Namun apa yang terjadi bila Anda tidak memberikan apapun terhadap anak kecil peminta-minta yang hadir di depan Anda itu? Hati kita menjadi tak tenang, seakan-akan ada sesuatu berupa dorongan dari dalam hati kita yang terus bergejolak bahkan bersuara keras memprotes tindakan kita!
Hati kita tidak tenang dan tidak hahagia, karena ada tuntutan dari dalam hati yang terus bergejolak hanya bila kita sesegera mungkin mewujudkannya. Kita tidak berbahagia karena sering berbuat yang bertentangan dengan kata hati kita. Hati sanubari yang terdalam, yang menuntut kita untuk berbuat sesuai dengan fitrah diri kita.
"Mereka tidak bahagia, karena tidak bekerja sebagaimana "hati" kita bekerja!" komentar seorang penceramah, yang kebetutan searang dokter ahli spesialis jantung,
Menurutnya, bila pengertian "hati" dipahami secara sederhana dalam bentuk fisik maka paling tidak terdapat dua macam organ fisik tubuh manusia dimaksud. Kita mengenal apa yang dimaksud dengan "hati" adalah heart (jantung) dan lever (hati).
Bila heart (jantung) yang dimaksud, ketahuilah hahwa jantung merupakan organ penting tubuh yang mana dapat dipastikan hampir tak ada satu tetes darah pun yang tak pernah melewatinya. Jantung menjadi "terminal" kedatangan dan keberangkatan tiap tetes darah dari dan sebelum pergi menuju organ-organ tubuh yang menjadi tujuannya. Jantung menjadi tempat aktititas penting dimana seluruh darah dipompa dan diedarkan ke seluruh bagian tubuh.
Kita tidak berbahagia, karena gagal meniru cara kerja "hati" jantung kita!
Bila untuk menjaga kestabilan hidup seluruh organ-organ tubuh, ia memfokuskan kepada cara kerja memompa darah dan membagikan darah ke seluruh tubuh. Tubuh kita hidup karena "heart" kita sibuk memberi dan mendistribusikan apa yang ada di dalamnya.
Sebaliknya kecelakaan besar dipastikan terjadi bila jantung kita memfokuskan dirinya sebagai pengepul (pengumpul) tanpa mendistribusikannya lagi. Sejak saat itu tubuh kita akan mati?
Tak jauh beda dengan kehidupan kita sebagai mahkluk sosial, bila semua diantara kita hanya sibuk menjadi pengepul harta, pastilah ada banyak kematian disamping kanan kiri kita. Akibat banyaknya "organ-organ tubuh" atau komponen masyarakat yang tidak lagi mendapat "darah" sebagai penunjang kehidupannya.
Kehidupan sosial di sekitar kita menjadi mati, dan tanpa kita sadari pelan-pelan kita membunuh diri kita sendiri karena memang tak mungkin hidup sendiri ditengah kematian yang lainnya.
Koruptor, maupun penumpuk harta tak diperkenankan untuk diperankan dalam kehidupan sosial kita. Bagaikan jantung yang sibuk menyedot dan mengumpulkan darah kehidupan, kemudian tak mendistribusikannya lagi ke seluruh "organ tubuh" masyarakat kita.
Matilah kita.... karena tak berbahagia?
Taked from
http://www.cakrawala-print.com